-->
    |

1,3 Juta Lagi Pekerja AS Ajukan Tunjangan Pengangguran

Ratusan warga AS antri untuk mengajukan tunjangan pengangguran di Kentucky Career Center, Frankfort, Kentucky bulan lalu. (foto: VOA)
Kapuasrayatoday.com - Departemen Tenaga Kerja AS, Kamis (16/7) melaporkan 1,3 juta lagi pekerja yang di-PHK minta tunjangan pengangguran minggu lalu, karena ekonomi terbesar dunia itu masih terus berjuang menghadapi infeksi virus corona yang kembali melonjak.

Itu menunjukkan permintaan tunjangan selama 17 minggu berturut-turut mengalami penurunan sekitar 10.000 dari minggu sebelumnya, angka mingguan tertinggi dengan 6,9 juta pekerja minta tunjangan pengangguran terjadi Maret lalu. Akan tetapi jumlah rata-rata klaim dalam empat minggu terakhir yang hampir mencapai 1,4 juta dalam seminggu tetap tertinggi dalam sejarah.

Secara keseluruhan, pemerintah menyatakan sekitar 17,3 juta pekerja telah dirumahkan meskipun jutaan lainnya telah kembali bekerja. Dalam empat bulan terakhir, 51 juta pekerja telah mendapat tunjangan pengangguran.

Biden: AS Hadapi Krisis yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya dalam Sejarah

Sejak pertengahan Maret 2020, permintaan tunjangan pengangguran mengalami lonjakan cepat. Ini melampaui rekor tertinggi tahun 1982 dengan jumlah 695.000 seminggu ketika pandemi virus corona melanda Amerika Serikat.

Jutaan penganggur telah kembali bekerja, namun mereka yang masih dirumahkan menghadapi kesulitan keuangan, karena hanya mendapat bantuan stimulus $ 600 per minggu dari pemerintah pusat dan tunjangan pengangguran negara bagian yang lebih sedikit, dan akan berakhir dalam dua minggu. Di samping itu, para ahli ekonomi mengamati sejumlah pengusaha mengurangi jutaan pekerjaan, mengakibatkan para pekerja lepas tidak mendapat peluang kembali, atau menutup bisnis mereka secara permanen.

Presiden A.S. Donald Trump menyatakan dukungannya terhadap pembayaran stimulus $ 1.200 lagi bagi sebagian besar pembayar pajak, walaupun sejumlah rekannya dari Partai Republik menyuarakan kekhawatiran terkait utang nasional negara yang terus meningkat yang kini berjumlah lebih dari $ 26 triliun. Sejumlah anggota parlemen mengusulkan pembayaran insentif kepada mereka yang kembali bekerja.

Sumber: VOA

Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini