Logo Twitter di sebuah ponsel di Arlington, Virginia, 27 Mei 2020. (foto: VOA) |
Perusahaan yang berbasis di San Francisco mengatakan dalam sebuah blog, Sabtu (18/7), bahwa terhadap delapan akun diantaranya, peretas juga mengunduh fitur “Your Twitter Data.”
Twitter mengatakan kedelapan akun tersebut tidak ada yang terverifikasi. Ditambahkannya, perusahaan itu menghubungi para pemilik akun-akun yang terkena dampaknya.
“Kami malu, kami kecewa, dan terutama, kami minta maaf. Kami tahu bahwa kami harus berusaha mendapatkan kembali kepercayaan Anda, dan kami akan mendukung segala upaya untuk menyeret pelakunya ke pengadilan,” kata Twitter dalam unggahan blog itu.
Serangan 17 Juli itu meretas akun sejumlah pemimpin dunia, selebriti dan tokoh teknologi. Itu merupakan salah satu pelanggaran keamanan yang paling disorot dalam beberapa tahun belakangan.
Peretasan itu menandai adanya kekurangan besar dalam Twitter, yang digunakan oleh jutaan orang sebagai perangkat komunikasi penting.
Sumber: VOA