|



Penyanyi Andrea Bocelli Merasa Dipermalukan Penutupan Wilayah Covid-19

Andrea Bocelli saat tampil di luar Katedral Duomo cathedral, di Milan, Italia, di tengah pandemi COvid-19, 12 April 2020. (foto: VOA)
Kapuasrayatoday.com - Penyanyi Tenor Italia, Andrea Bocelli, yang sebelumnya mengidap Covid-19, mengatakan penutupan wilayah terkait pandemi membuatnya merasa “dipermalukan dan membuatnya tersinggung” karena merampas kebebasannya untuk pergi sesuai kehendaknya.

Bocelli berbicara di hadapan panel Senin (27/7) di ruang konferensi Senat Italia, di mana ia diperkenalkan oleh pemimpin oposisi sayap kanan Matteo Salvini, yang telah menentang tindakan keras pemerintah untuk memerangi wabah virus corona.

Pengumuman Bocelli pada bulan Mei bahwa ia sudah pulih dari virus corona disampaikan beberapa minggu setelah ia tampil pada misa Minggu Paskah di katedral yang kosong di Milan. Pada saat itu, Bocelli mengatakan ia mengetahui hasil tesnya positif pada tanggal 10 Maret , ketika Italia akan melakukan penutupan wilayah. Ia mengatakan pergi ke kolam renang dan merasa sehat dan hanya mengalami demam ringan. Bocelli tampaknya merujuk ke kolam renang pribadi di kediamannya, karena kolam renang umum ketika itu ditutup.

Kepada Senat, Bocelli mengatakan keberatan tidak bisa meninggalkan rumahnya karena ia tidak melakukan kejahatan. Tanpa merinci lebih jauh, ia mengungkapkan telah melanggar pembatasan penutupan wilayah itu.

Pada puncak penutupan wilayah, orang Italia hanya bisa ke luar rumah untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan penting, mengajak jalan anjing atau membeli makanan atau obat-obatan.

Wakil Menteri Kesehatan Pierpaolo Sileri yang terkejut dengan pernyataan Bocelli itu, hari Selasa (28/7) mengatakan Bocelli mungkin "ingin mengekspresikan ketidaknyamanan setiap orang Italia yang karena penutupan wilayah, tetap tinggal di rumah."

"Saya tidak akan mengucapkan kata-kata itu, tapi saya kira ia bisa menjelaskannya," tambah Sileri.

Konferensi tersebut diadakan menjelang kehadiran Perdana Menteri Giuseppe Conte di Senat, Selasa malam (28/7), di mana Conte diperkirakan membeberkan alasan pemerintahnya yang beraliran kiri-tengah untuk memperpanjang keadaan darurat pandemi, yang berakhir pada 31 Juli.

Status darurat memungkinkan Conte mengabaikan Parlemen atau bahkan kabinetnya dalam mengeluarkan serangkaian tindakan yang bertujuan memperlambat penyebaran wabah di negara di mana virus itu pertama kali muncul di Eropa, dan kemudian merenggut lebih dari 35.000 jiwa.

Sumber: VOA
Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini