 |
| Ketua Panitia Kurban Masjid Besar Syuhada mengoleskan bedak langer pada sapi sebelum dipotong. (Foto: Suara Landak) |
Uniknya pada proses pemotongan hewan kurban ini masih menerapkan kearifan lokal Melayu Ngabang dengan mengoleskan bedak langer sebelum penyembelihan.
"Itu merupakan ritual tambahan tanpa menyalahi syariat Islam yang sudah diterapkan oleh orang tua terdahulu," pungkas Ketua Panitia Masjid Besar Syuhada, Asbirin.
Apabila telah dioleskan bedak langer yang berbahan dasar dari campuran tepung beras, kunyit dan temulawak barulah kemudian hewan kurban dibersihkan menggunakan air. Setelah proses tersebut, hewan kurban akan disembelih sesuai syariat islam.
Adapun tujuan pengolesan bedak langer ini menurut Asbirin agar daging kurban tidak berbau, khususnya pada kambing yang memiliki bau cukup menyengat.
Selain masih melaksanakan kearifan lokal, Panitia Kurban Masjid Besar Syuhada juga menerapkan protokol sesuai imbauan yang dikeluarkan Kemenag Landak seperti menggunakan masker, membawa perlengkapan pemotongan kurban masing-masing dan pendistribusian daging kurban diantar lansung oleh panitia untuk menghindari perkumpulan warga di tempat pemotongan hewan kurban.
"Sebenarnya, setiap tahun panitia kurban yang mengantar langsung daging kurban ke rumah-rumah warga, supaya pembagiannya tertib," ujar Asbirin.
Sebelum pelaksanaan pemotongan hewan kurban, pengurus Masjid Besar Syuhada, Sutiman dalam sambutannya bahkan telah mengimbau panitia untuk tetap menggunakan masker.
"Saya harapkan panitia dapat melaksananakan kurban tetap menggunakan masker," imbaunya.
Sutiman kemudian mengatakan pada tahun ini kapasitas hewan kurban Masjid Besar Syuhada sebanyak 12 ekor lebih sedikit dari pada tahun lalu yang mencapai 14 ekor.
"Tahun ini kapasitas kurban berkurang, tahun lalu 3 sapi dan 11 kambing, pada tahun ini Masjid Besar Syuhada menyelenggarakan kurban sebanyak 2 ekor sapi dan 10 ekor kambing," lanjutnya. (Suara Landak)