|



Inggris Gelar Proyek Pemberantasan Malaria dengan Bantuan Satelit

Uji coba drone yang digunakan untuk menyemprot tempat berkembang biak nyamuk pembawa malaria di sawah Cheju di wilayah Cheju selatan pulau Zanzibar, Tanzania, 31 Oktober 2019. (Foto: VOA)

Kapuasrayatoday.com
- Dalam usaha memberantas malaria, Inggris menggelar sebuah proyek yang memanfaatkan satelit dan teknologi pesawat nirawak (drone). Nama proyek itu "Detect". Target ambisiusnya memberantas malaria, penyakit yang menewaskan rata-rata 400.000 orang setiap tahunnya di dunia.

Berbeda dengan proyek-proyek pemberantasan malaria lainnya, "Detect" mengandalkan pemantauan antariksa. Dengan menggunakan satelit-satelit yang daya penglihatannya dapat menembus kegelapan dan awan, para ilmuwan dapat mendeteksi di mana kemungkinan nyamuk berkembangbiak untuk kemudian mengerahkan pesawat-pesawat nirawak untuk memberantas larva-larvanya.

Andrea Berardi, kepala proyek "Detect", mengatakan, ia dan timnya ingin memberantas malaria langsung dari sumbernya.

“Apa yang kami ingin lakukan dalam proyek 'Detect' adalah memberantas nyamuk pembawa malaria sebelum datang menyerang. Kami ingin tahu di mana nyamuk pembawanya berkembang biak, dan membasmi larva-larvanya sebelum menjadi dewasa, menggigit orang dan menyebarkan malaria,” jelasnya.

Proyek itu telah menerima dana sebesar 500.000 dolar AS dari Dinas Antariksa Inggris, untuk uji coba selama delapan bulan yang berakhir Maret 2021.

Teknologi ini telah dicoba di kawasan-kawasan yang rawan banjir, seperti di Stone Town, Zanzibar, dan lahan basah North Rupununi di Guyana. Berardi optimistis proyeknya akan berhasil.

“Target kami adalah memberantas malaria di dunia. Saat ini memang ada strategi-strategi lain yang sedang dikembangkan, seperti nyamuk yang direkayasa secara genetika dan vaksin. Namun strategi-strategi itu tidak murah dan sangat sulit diimplementasikan. Apa yang kami usulkan adalah memanfaatkan teknologi antariksa yang pintar, yang sangat efektif, yang bisa memberi manfaat sekunder bagi masyarakat setempat,” jelasnya.

Blue Bear Systems Research, perusahaan pengembang pesawat nirawak yang berpartisipasi dalam proyek "Detect", telah mencoba mengaplikasikan teknologi deteksi ini pada pesawat-pesawat nirawaknya di sebuah fasilitas uji di Bedfordshire.

Bagaimana cara kerja teknologi ini? Satelit-satelit yang dimanfaatkan "Detect" akan mendeteksi genangan-genangan air di sebuah lokasi. Pesawat nirawak (drone) pelacak kemudian dikerahkan untuk memastikan apakah genangan-genangan air itu berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab malaria.

Setelah memastikan genangan itu sarang nyamuk malaria, pesawat nirawak tersebut akan menyemprotnya dengan cairan yang mengandung bakteri khusus, bacillus thuringiensis. Bakteri itu akan mematikan larva-larva nyamuk namun tidak mengganggu atau merusak fauna dan flora di sekitarnya, termasuk ikan. (VOA)


Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini