|



Ilmuwan Australia Kembangkan Teknologi untuk Prediksi Jalur Kebakaran Hutan

Pesawat pemadam kebakaran berupaya memadamkan api di dekat Wooroloo, timur laut Perth, Australia, Kamis, 4 Februari 2021. (Foto: VOA)

Kapuasrayatoday.com
- Teknologi yang mampu memprediksi kebakaran hutan sedang dikembangkan di Australia, salah satu negara yang paling rawan kebakaran di dunia. Alat itu akan menunjukkan secara visual dan pada waktunya tentang bagaimana api kemungkinan akan menyebar. Teknologi itu dikembangkan sementara puluhan rumah telah hancur tahun ini akibat kebakaran di pinggiran ibu kota negara bagian Australia Barat, Perth.

Kebakaran hutan selalu mengancam Australia. Minggu lalu, Perth menghadapi dua keadaan darurat: kebakaran besar dan lockdown terkait pandemi virus corona.

Pemadaman kebakaran di Australia menjadi semakin canggih. Satu simulator baru sedang dikembangkan untuk memprediksi jauh sebelumnya bagaimana kebakaran hutan akan menyebar ke seluruh lansekap.

Saat ini, ada berbagai sistem pemodelan kebakaran hutan di seluruh negara bagian dan teritori Australia. Teknologi baru itu dapat sangat membantu petugas pemadam mengatasi kebakaran.

Mahesh Prakash, ilmuwan peneliti utama senior di lembaga sains nasional Australia, CSIRO. Lembaga itu juga bekerja sama dengan organisasi lain.

“Kami menggunakan informasi tentang cuaca saat itu ditambah data dari satelit untuk dapat memprediksi kebakaran hutan. Kami juga memperhitungkan benda-benda dan tetumbuhan yang mungkin bisa memperbesar kebakaran. Kami bekerja sama dengan lembaga penanggulangan keadaan darurat yang ada di negara-negara bagian yang sedang menguji coba teknologi ini setiap bulan sementara mengembangkan fitur-fitur baru di dalam sistem tersebut serta membuatnya lebih kuat," jelasnya.

"Dalam konteks Australia, kami bermaksud menjadikannya sistem operasional nasional dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Kami juga bekerja sama dengan dinas-dinas di Amerika seperti CAL FIRE, dan dengan beberapa organisasi di Eropa, terutama yang berbasis di Spanyol, Portugal, dan Italia,” imbuh Mahesh Prakash.

Dalam bencana kebakaran pada musim panas tahun 2019 dan 2020, yang tak terlupakan di Australia, sehingga dijuluki Black Summer, 24 juta hektar lahan terbakar, 33 orang tewas dan lebih dari 3.000 rumah hancur. Laporan resmi tentang tragedi tersebut memperingatkan bahwa kebakaran hutan bisa jadi "lebih rumit, lebih tidak terduga, dan lebih sulit untuk ditanggulangi."

Berkat teknologi baru itu, pihak berwenang Australia baru-baru ini mengatakan bahwa sebagian besar kebakaran besar yang selama ini mengancam beberapa bagian Perth kini telah diatasi.  (VOA)


Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini