|



Penggunaan Pengacak Sinyal Telepon di Penjara Prey Sar, Kamboja Didesak untuk Diselidiki

Penjara Prey Sar di distrik Dangkor, Kota Phnom Penh, Kamboja. (foto: VOA)

Kapuasrayatoday.com -
Anggota keluarga dan organisasi hak asasi meminta agar pemerintah Kamboja untuk menyelidiki penggunaan pengacak sinyal telepon di sel penjara, yang mereka yakini telah mempengaruhi kesehatan dan hak-hak para tahanan setelah sejumlah aktivis yang dipenjara mengeluhkan apa yang mereka sebut sebagai keracunan radiasi.

Eap Sour, istri aktivis Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP) yang beroposisi, Kong Sam An, Rabu (24/2) mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa suaminya sangat kurus, terlihat gusar dan pelupa saat tampil di Pengadilan Kota Phnom Penh minggu lalu untuk menghadapi tuduhan “penghasutan.”

Ia mengatakan Kong Sam An, seperti tahanan lainnya, mengeluh bahwa kesehatannya memburuk dan ia sempat pingsan di selnya yang penuh sesak di Penjara Prey Sar yang terkenal kejam di Phnom Penh, karena perangkat pengacak sinyal telepon.

“Ia tampak seperti akan pingsan selama persidangan, dan saya ingin menangis,” katanya.

“Saya sangat kecewa karena orang baik seperti dirinya diperlakukan dengan buruk oleh pihak berwenang. Ia berjuang untuk negara, bekerja sebagai seorang guru dan berakhir di penjara. Saya merasa kasihan kepadanya, namun saya tidak dapat berbuat apa-apa kecuali berdoa agar ia cepat sembuh dan pulang ke rumah,” komentarnya.

Penjara Prey Sar adalah penjara terbesar di Kamboja dan dikelola oleh Kementerian Dalam Negeri. Berbagai organisasi HAM menyatakan kondisi di dalam fasilitas itu, yang sebelumnya dikenal sebagai S24, sangat mengerikan.

Menurut Amnesti Internasional yang berbasis di London, per Januari tahun lalu, Prey Sat menampung lebih dari 10.000 tahanan, sekitar 500 persen melebihi kapasitas. Hingga 40 persen tahanan dalam tahanan praperadilan dan ribuan lainnya ditahan karena pelanggaran ringan tanpa kekerasan, seperti menggunakan atau memiliki narkoba.

Kol Sat, istri Kong Mas, aktivis CNRP yang dipenjara, mengatakan, meskipun pasokan air sudah dipulihkan beberapa waktu lalu, para tahanan tetap berdesakan seperti hewan ternak.

“Saya berbicara singkat dengan Kong Mas, namun ia tidak dapat mendengar percakapan dan selalu lupa,” katanya.

Mantan narapidana Kong Raya mengatakan bahwa setiap sel di Prey Sar memiliki setidaknya empat atau lima perangkat pengacak sinyal telepon. Ia mengatakan, perangkat itu mengeluarkan suara yang mengganggu telinganya dan membuatnya sakit kepala. (VOA)


Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini