|

PM India: Afghanistan Tak Boleh Dimanfaatkan Untuk Sebarkan Terorisme

India's Prime Minister Narendra Modi addresses the 76th Session of the U.N. General Assembly at United Nations headquarters in New York City, Sept. 25, 2021.(Foto:VOA)

Kapuasrayatoday.com - Dalam sidang tahunan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Sabtu (25/9), Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan sangat penting agar Afghanistan tidak digunakan untuk menyebarkan terorisme secara global.

Ia juga meminta para pemimpin dunia untuk membantu kelompok minoritas di negara itu, termasuk perempuan dan anak-anak.Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada Agustus lalu setelah Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk menarik seluruh pasukannya dari negara itu, 20 tahun setelah AS dan sekutunya memulai perang melawan kelompok teroris al-Qaida pascaserangan 11 September 2001.

“Penting untuk memastikan bahwa wilayah Afghanistan tidak digunakan untuk menyebarkan terorisme dan melanggengkan serangan teroris,” kata Modi.

“Kita juga harus waspada bahwa tidak boleh ada negara yang menyalahgunakan situasi yang sulit di Afghanistan sebagai alat untuk mencapai kepentingan pribadi,” tambah Modi, yang jelas merujuk kepada Pakistan, yang terletak di antara Afghanistan dan India.Seruan Modi untuk melindungi perempuan di Afghanistan disampaikan di tengah indikasi bahwa Taliban membatasi hak-hak perempuan sejak mereka merebut Ibu Kota Afghanistan, Kabul terlepas dari pernyataan baru-baru ini bahwa mereka bersedia melonggarkan pembatasan bagi perempuan dan anak perempuan. Sebagian besar perempuan dilarang muncul ke muka umum di bawah pemerintahan Taliban di Afghanistan pada 1996-2001.

Perdana Menteri India, yang bersaing dengan China untuk mendapatkan pengaruh di Kashmir dan di kawasan Samudra Hindia, juga menyebutkan perlunya melindungi lautan dari “perlombaan untuk melakukan ekspansi dan pengucilan.”

Pidato PM Barbados

Pembicara lain di sidang umum hari Sabtu termasuk para pemimpin dari Rusia, Ethiopia dan Haiti. ​

Pada Jumat (24/9), Perdana Menteri Barbados menyampaikan pidato yang menggugah di hadapan majelis umum. Dalam pidatonya, dia menanyakan siapa yang akan membela orang-orang di seluruh dunia dan mengambil tindakan yang amat dibutuhkan.Dalam kata-kata Robert Nestor Marley, siapa yang akan bangkit dan berdiri?” kata Perdana Menteri Barbados Mia Amor Mottley kepada para pemimpin dunia yang hadir, mengutip penyanyi terkenal Jamaika. “Siapa yang akan bangkit dan berdiri demi hak-hak umat manusia?”

Ia menyampaikan daftar panjang tantangan dunia, termasuk ketimpangan distribusi vaksin COVID-19, pengangguran, masalah transportasi dan perubahan iklim. Ia mengatakan bahwa solusi semua itu ada di tangan masyarakat internasional. Hanya saja para pemimpin lelah melihat semua masalah itu dari tahun ke tahun tanpa perubahan, imbuhnya.

“Jika kita bisa memiliki niat untuk mengirim manusia ke Bulan dan mengatasi masalah kebotakan pria, seperti telah saya katakan berulang kali, kita bisa memecahkan masalah sederhana seperti membiarkan rakyat kita makan dengan harga terjangkau dan memastikan kita memiliki moda transportasi,” ungkapnya.

Pemimpin perempuan

Jumlah pemimpin perempuan hanya sedikit pekan ini, sekitar sepersepuluh jumlah pembicara keseluruhan. Hal itu menyoroti hambatan perempuan, baik di negara maju maupun berkembang, untuk bisa menduduki posisi tinggi dalam pemerintahan.Krisis iklim menjadi tema mendesak yang berulang kali diangkat pekan ini. Wakil Presiden Sudan Selatan Rebecca Nyandeng de Mabior mengatakan krisis tersebut telah mempengaruhi kehidupan sekitar 800 ribu warganya.

De Mabior mengatakan “hujan deras” mengakibatkan banjir terparah dalam 60 tahun terakhir yang menenggelamkan pedesaan, kota-kota dan ternak. “Untuk itu, saya menyerukan dunia internasional untuk membantu menyelamatkan kehidupan lebih dari 5,5 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan,” tambahnya.

Sementara sebagian besar dunia terus berjuang mengatasi pandemi COVID-19, dampaknya terhadap Selandia Baru tidak separah yang lain, karena para pemimpinnya proaktif membendung penyebaran virus tersebut.Negara itu hanya mencatat lebih dari 4.000 kasus COVID-19 dan 27 kasus kematian yang diakibatkannya, menurut data Johns Hopkins Coronavirus Resource Center, yang melacak pandemi secara global. Selandia Baru juga telah aktif mengampanyekan program vaksinasi nasional.Kami telah menaruh kepercayaan kami terhadap tindakan tetangga-tetangga kami dan orang-orang asing – untuk mengenakan masker, menjaga jarak, divaksinasi dan mendukung yang lain untuk melakukan hal serupa, dan kami hidup secara bersama-sama dengan konsekuensinya,” ungkap Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern.

“Merupakan kehormatan bagi saya sebagai seorang pemimpin untuk menyaksikan penerapan praktis nilai-nilai Selandia Baru pada tantangan ini.”

Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, mengatakan bahwa “PBB tetap menjadi harapan terbaik kami” dalam mengejar pemulihan yang kolaboratif dan inklusif dari pandemi.

Energi Bersih

Di sela-sela sesi tahunan, Sekretaris Jenderal PBB Antònio Guterres mengumumkan komitmen baru senilai $400 Miliar untuk meningkatkan akses energi bersih dan terbarukan bagi jutaan orang yang hidup dalam “kemiskinan energi” di seluruh dunia.

“Berinvestasi dalam energy bersih dan terjangkau untuk semua akan meningkatkan kesejahteraan miliaran orang,” kata Guterres, yang menyebut hal itu sebagai “solusi paling penting untuk mencegah bencana iklim.”(VOA)












Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini