-->
    |



Gajah Mati Akibat Makan Sampah dari Tempat Pembuangan Sri Lanka

Seekor gajah mati di sebuah tempat pembuangan sampah terbuka di desa Palakkadu, distrik Ampara yang berlokasi sekitar 210 km dari ibu kota Sri Lanka, Kolombo, 6 Januari 2022.(Foto:VOA)

Kapuasrayatoday.com - Sekitar 20 gajah mati selama delapan tahun terakhir setelah memakan sampah plastik di tempat pembuangan sampah di desa Palakkadu, distrik Ampara yang berlokasi sekitar 210 km dari ibukota Sri Lanka, Kolombo.

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap satwa yang mati menunjukkan bahwa mereka menelan plastik dalam jumlah besar dari tempat pembuangan sampah tersebut. “Ploythene, pembungkus makanan, plastik dan material yang tak bisa dicerna lainnya, dan juga air kami temukan dalam pemeriksaan post-mortem. Kami tidak temukan makanan normal yang biasa dimakan dan dicerna oleh gajah,” ujar dokter hewan satwa liar Nihal Pushpakumara.

Gajah sangat dihormati dalam budaya Sri Lanka, namun populasi satwa ini juga terus terancam. Jumlah populasi gajah terus turun dari 14.000 di abad ke-19 menjadi 6.000 di tahun 2011, menurut data sensus gajah pertama di Sri Lanka.

Semakin berkurangnya luas habitat alam gajah menjadi penyebab semakin rentannya satwa ini. Akibatnya banyak gajah yang mulai mendekati kawasan tinggal manusia untuk mencari makanan, dan sebagian dibunuh oleh pemburu atau oleh petani yang marah karena panennya yang dirusak.

Nihal Pushpakumara mengatakan bahwa perilaku memakan dari tempat pembuangan ini membuat para gajah memakan plastik dan juga benda tajam yang merusak sistem pencernaan mereka.

“Kemudian para gajah ini mulai berhenti makan dan jadi lemah untuk bisa mendukung kerangka mereka yang berat. Saat itu terjadi, mereka tidak lagi mengonsumsi makanan atau air, sehingga mempercepat waktu kematian mereka,” ucap Nihal.

Di tahun 2017, pemerintah mengumumkan rencana daur ulang sampah di tempat pembuangan yang berdekatan dengan zona satwa liar guna mencegah gajah memakan sampah plastik. Pemerintah juga telah berencana memasang pagar listrik di sekitar situs pembuangan, namun hingga kini kedua rencana tersebut belum kunjung diimplementasikan.Kemudian para gajah ini mulai berhenti makan dan jadi lemah untuk bisa mendukung kerangka mereka yang berat. Saat itu terjadi, mereka tidak lagi mengonsumsi makanan atau air, sehingga mempercepat waktu kematian mereka,” ucap Nihal.

Di tahun 2017, pemerintah mengumumkan rencana daur ulang sampah di tempat pembuangan yang berdekatan dengan zona satwa liar guna mencegah gajah memakan sampah plastik. Pemerintah juga telah berencana memasang pagar listrik di sekitar situs pembuangan, namun hingga kini kedua rencana tersebut belum kunjung diimplementasikan.

Terdapat 54 situs pembuangan sampah yang berdekatan dengan zona satwa liar di Sri Lanka. Menurut petugas setempat ada sekitar 300 gajah yang berada di sekitar kawasan tersebut.

Situs manajemen sampah di desa Palakkadu dibangun pada tahun 2008 melalui dana bantuan Uni Eropa. Sampah-sampah dari 9 desa dikumpulkan di situ namun tidak didaur ulang.Pada tahun 2014, pagar listrik yang dibangun untuk melindungi situs tersebut disambar petir. Pagar tersebut belum diperbaiki hingga kini, sehingga gajah dapat masuk dengan mudah ke dalam area tersbeut.

Warga sekitar menyebut bahwa para gajah ini semakin mendekat dan berhabitat di dekat lubang pembuangan. Hal ini membuat warga khawatir.

Warga mulai gunakan kembang api untuk mengusir satwa saat mereka mulai masuk ke kawasan desa, dan sebagian warga bahkan membangun pagar listrik di rumah mereka.

Namun warga tidak punya pemahaman pemasangan pagar listrik yang aman. “Ini justru bisa membahayakan warga sendiri dan juga para satwa liar,” kata Keerthi Ranasinghe, pejabat dewan desa setempat.

“Meski mereka ini bisa merusak, namun gajah liar juga adalah sumber kekayaan alam. Pemerintah perlu cari cara untuk melindungi baik manusia dan juga para gajah yang juga bisa mendukung keberlangsungan kegiatan pertanian,” tambahnya.(VOA)





Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini