|



Pertempuran Pasukan Kurdi Lawan ISIS di Suriah Masuki Hari Keempat

Pasukan Kurdi (SDF) melakukan pencarian militan ISIS dari rumah ke rumah di Al-Hasakah, Suriah Minggu (23/1).(Foto:VOA)

Kapuasrayatoday.com - Pertempuran antara pejuang pasukan Kurdi yang didukung AS dengan militan ISIS yang menyerang sebuah penjara di Suriah berlanjut pada hari keempat, Minggu (23/1), menewaskan 136 orang, termasuk warga sipil, kata kelompok pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights yang bermarkas di Inggris kepada AFP.

Lebih dari 100 gerilyawan ISIS pada hari Kamis (20/1) menyerang penjara Gwiran yang dikelola Kurdi di kota Al-Hasakah untuk membebaskan para militan yang ditahan di sana. Serangan itu yang terbesar yang dilakukan ISIS sejak ditumpasnya “kekhalifahan” kelompok teroris itu di Suriah hampir tiga tahun lalu.

Media Arab menunjukkan video tank AS dan pengangkut personel lapis baja tiba di daerah sekitar penjara untuk membantu pasukan Kurdi dalam usaha merebut kembali penjara dan kawasan sekitarnya.Pengamat menyebut krisis di penjara itu sudah diprediksi akan terjadi.

Ramy Abdel Rahman dari Syrian Observatory for Human Rights mengatakan kepada media Arab bahwa “helikopter Apache AS telah menghancurkan bekas gedung sekolah perdagangan pemerintah, tempat para militan ISIS bersembunyi, menewaskan sedikitnya lima di antara mereka.”

Pentagon mengonfirmasi bahwa koalisi pimpinan AS telah melakukan serangan udara untuk mendukung Pasukan Demokratik Suriah (SDF) mengakhiri pembobolan penjara itu.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Sabtu (22/1) malam pada media propaganda ISIS, Amaq, kelompok itu mengklaim bahwa pihaknya menyita senjata dari ruang amunisi di penjara dan membebaskan ratusan militan ISIS sejak operasi tersebut dimulai dengan peledakan bom bunuh diri ganda.Kelompok pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights menyebut operasi itu sebagai upaya terang-terangan ISIS untuk bangkit kembali.

Kelompok itu mengatakan, sedikitnya 84 anggota ISIS, tujuh warga sipil dan 45 anggota pasukan Kurdi, termasuk sipir dan pasukan kontra-terorisme, tewas. Jumlah korban jiwa dari pasukan Kurdi itu lebih banyak dari yang diakui SDF sebanyak 17 orang.

SDF lantas mencari para tersangka ISIS di Al-Hasaka hari Minggu. Video menunjukkan para pasukan bersenjata SDF menggeledah rumah-rumah warga dan menghentikan seseorang di jalan yang diduga merupakan tahanan yang melarikan diri.

Khattar Abou Diab, dosen ilmu politik di Universitas Paris, mengatakan kepada VOA bahwa pembobolan penjara dan pertempuran untuk menguasai sebagian kota Al-Hasakah adalah krisis yang telah terjadi sejak lama.

Ia mengatakan, ribuan tahanan ISIS ditahan di sebuah bangunan tua sekolah teknik milik pemerintah yang biasanya hanya menampung seribu orang. Ia juga menambahkan, Penjara Al-Hasakah dan penjara Al-Hol yang lebih terkenal telah menjadi tempat berkembang biaknya ekstremisme Islam. Krisis saat ini hanya tinggal menunggu untuk terjadi, katanya.

Stasiun TV milik Saudi, al-Arabiya, menyiarkan kembali wawancara pada tahun 2020 dengan seorang tahanan ISIS di penjara milik Kurdi, yang mengklaim bahwa dirinya berniat kabur dari penjara dan bahwa para anggota ISIS lainnya “tidak akan membiarkan tahanan (dari kelompok) mereka tetap dipenjara tanpa batas waktu.”Pihak berwenang Kurdi telah lama memperingatkan bahwa pihaknya tidak memiliki kapasitas untuk menahan, apalagi mengadili, ribuan pejuang ISIS yang ditangkap dalam operasi selama betahun-tahun.

Menurut otoritas Kurdi, para tahanan yang dipenjara di sel-sel Kurdi, di mana lebih dari 12.000 tersangka ISIS saat ini mendekam, sedikitnya berasal dari 50 negara.

Banyak pemerintah negara asal para tahanan ISIS yang enggan merepatriasi mereka karena takut akan reaksi publik dalam negeri.

Seorang tetua adat Suriah menegaskan bahwa milisi Kurdi yang menguasai penjara-penjara itu telah “membebaskan banyak tahanan ISIS,” yang diklaim telah “kembali ke daerah-daerah yang pernah mereka kuasai, untuk mencoba memancing masalah.”

Sebagian besar kelompok ISIS ditumpas di Irak pada 2017 dan di Suriah tahun 2019. Meski demikian, masih banyak sel tidur yang aktif di berbagai daerah. (VOA)









Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini