|



Perlukah Skrining Kesehatan Mental Anak dan Remaja untuk Cegah Bunuh Diri?


Rio Allred (tengah, bawah) bersama KaSandra Jackson, Nicole Ball, dan Michael Allred pada malam kelas 6 kembali ke sekolah di Elkhart, Indiana, AS, Agustus 2019. (Foto:VOA)


Kapuasrayatoday.com - Dalam rancangan panduan yang diunggah online, Satuan Tugas Layanan Pencegahan AS mengatakan tidak ada cukup bukti untuk merekomendasikan pemeriksaan rutin terhadap anak-anak yang tidak menunjukkan tanda-tanda bunuh diri yang jelas.

Mereka menyatakan, perlu studi lebih lanjut untuk memastikan bahwa skrining seperti itu memang diperlukan. Apalagi belakangan ini juga muncul pemikiran bahwa bertanya kepada anak-anak mengenai apakah mereka pernah mempertimbangkan atau mencoba bunuh diri, justru seperti menanamkan ide ke dalam benak mereka.

Martha Kubik, anggota satgas tersebut mengatakan, "Kami ingin memiliki keyakinan bahwa ketika seseorang dalam skrining terbukti positif, itu pertanda bahwa kita perlu turun tangan dan campur tangan. Tapi kami juga ingin merasa yakin bahwa ketika skrining mengatakan tidak ada masalah, ini benar-benar tidak ada masalah. Saat ini, penelitian mengenai skrining bunuh diri belum sejauh itu dan belum menjamin manfaatnya.”Nicole Ball, seorang ibu yang kehilangan putrinya yang berusia 12 tahun karena bunuh diri tahun ini, tidak setuju. Rio Allred, putri Ball, tiba-tiba bunuh diri. Ia sama sekali tidak menunjukkan gejala ingin bunuh diri meski diketahui menderita alopecia, gangguan kesehatan yang ditandai kerontokan rambut seperti yang dialami aktris Jada Pinkett Smith.

“Kita tidak boleh tersesat dalam pemikiran yang tidak jelas sehingga akhirnya jadi terlambat mengambil keputusan. Saya kira, skrining bisa sangat bermanfaat dalam situasi seperti yang saya alami. Jangan sampai keluarga lain mengalami peristiwa serupa,” jelasnya.Satgas Layanan Pencegahan AS adalah kelompok independen dokter dan ahli lainnya yang membuat pedoman untuk layanan pencegahan di bidang kesehatan. Rekomendasi akhir grup ini merupakan pertimbangan utama perusahaan-perusahaan asuransi.

Satgas ini sebelumnya mempertimbangkan agar para dokter memeriksa semua anak berusia delapan tahun ke atas mengenai apakah mereka mengalami kecemasan; dan semua anak berusia 12 tahun mengenai apakah mereka menderita depresi. Skrining ini terutama dilakukan terhadap anak dan remaja yang tidak menunjukkan tanda atau gejala akan bunuh diri. Bukti-bukti menunjukkan bahwa skrining membantu mengidentifikasi gangguan kesehatan mental pada orang muda dan menghubungkan mereka dengan bantuan medis yang mereka butuhkan.

Bunuh diri adalah penyebab kematian nomor dua terbesar di antara orang-orang berusia 10-24 tahun di Amerika Serikat. Tingkat bunuh diri di antara usia tersebut melonjak dari hampir 7 per 100.000 pada 2007 menjadi hampir 11 per 100.000 pada 2018. Data pemerintah AS yang lebih baru menunjukkan sedikit penurunan, tetapi tetap saja, ada 581 kasus bunuh diri di antara anak-anak berusia 10 hingga 14 tahun pada 2020 dan 2.216 pada usia 15 sampai 19 tahun.

Para pakar pencegahan bunuh diri mengatakan ada kesalahpahaman umum bahwa bertanya kepada anak-anak tentang bunuh diri akan menanamkan ide itu di benak mereka. Mereka berpendapat bahwa percakapan terbuka seperti itu justru akan mengurangi keinginan bunuh diri dan membuat anak dan remaja tahu bahwa orang tua dan orang dewasa tepercaya peduli tentang kesejahteraan mereka.(VOA)


Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini