|



2020, Kematian Akibat Bakteri 'Superbug' yang Kebal Antibiotik di AS Naik 15%


Seorang ahli mikrobiologi sedang menguji sampel bakteri di laboratorium resistensi dan karakterisasi antimikroba di Laboratorium Penyakit Menular di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Atlanta. (Foto:VOA)

Kapuasrayatoday.com - Kematian akibat bakteri yang resisten terhadap antibiotik, yang juga dikenal sebagai 'superbug', di Amerika Serikat (AS) pada 2020 meningkat hingga 15 persen. Kenaikan tersebut terkait dengan banyaknya obat-obatan untuk memerangi COVID-19 yang dibagikan secara luas. Akibatnya, menurut laporan pemerintah AS pada Selasa (12/7), bakteri berevolusi sehingga kebal terhadap antibiotik.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan infeksi bakteri yang berasal dari rumah sakit juga naik lebih dari 15 persen pada 2020 dari 2019.

CDC mengatakan bahwa lebih dari 29.400 orang meninggal karena infeksi yang resistan terhadap antimikroba pada tahun pertama pandemi. Dari jumlah tersebut, hampir 40 persen terjangkit infeksi di rumah sakit.

Resistensi obat terjadi akibat penggunaan antibiotik dan antimikroba lainnya secara berlebihan, yang memungkinkan beberapa bakteri berkembang menjadi "superbug" yang tidak bereaksi terhadap obat-obatan.Keberadaan antibiotik baru untuk memerangi bakteri resisten ini sudah lama dibutuhkan. Namun, hanya ada sedikit insentif bagi produsen obat untuk menciptakannya karena bisnis antibiotik tidak terlalu menguntungkan serta pencegahan penggunaannya yang berlebihan terus didorong, menyebabkan penjualan antiobiotik tersebut tetap turun.

Hampir 80 persen pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit menerima antibiotik karena sulitnya membedakan antara penyakit COVID-19 dengan pneumonia ketika pasien pertama kali tiba di rumah sakit, kata CDC. Padahal antibiotik tidak berguna untuk menyembuhan infeksi akibat virus.

Kematian akibat resistensi antimikroba turun 18 persen secara keseluruhan antara 2012 dan 2017,, menurut laporan CDC pada 2019.Pencapaian historis yang dicapai dalam pengelolaan antibiotik kembali gagal karena antibiotik sering kali menjadi pilihan pertama," kata Direktur CDC Rochelle Walensky dalam laporan tersebut. ​

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara terpisah pada Selasa merilis sebuah laporan yang mengidentifikasi 61 kandidat vaksin yang dikatakan harus dikembangkan untuk mencegah penyakit dan membantu mengendalikan infeksi bakteri dan penggunaan antibiotik yang berlebihan yang mengarah pada resistensi antimikroba.

WHO mengatakan bahwa 1,27 juta kematian disebabkan oleh resistensi antimikroba setiap tahun.

Laporan CDC mengatakan resep antibiotik membuat pasien menghadapi risiko efek samping dan resistensi terhadapnya akan berkembang.(VOA)

Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini