|



Sari Azzam, Bocah Suriah Pengidap Autisme yang Kuasai Banyak Bahasa Asing

Sari Azzam, anak laki-laki berusia lima tahun dengan autisme asal Suriah, menulis bahasa Tamil, salah satu bahasa yang digunakan di Sri Lanka, pada sebuah papan di rumahnya di Damaskus, Suriah, pada 22 Desember 2021. (Foto:VOA)

Kapuasrayatoday.com - Sari Azzam, usia lima tahun, adalah pengidap autisme. Ia mengisi hari-harinya dengan menonton video YouTube untuk belajar bahasa Ibrani, Yunani, Tamil, Spanyol, Prancis, dan bahasa lain.

"Dia belajar segalanya dari YouTube karena dia memiliki ingatan visual yang kuat. Dia menonton video itu dua atau tiga kali dan dia bisa mengingatnya. Jika dia sangat menyukai video itu, dia hanya perlu menontonnya sekali. Kini ia sedang mempelajari bahasa-bahasa di dunia. Dia mempelajari huruf, kata, dan apa pun yang berhubungan dengan bahasa," ungkap Ibu Azzam, Abeer Essa.Azzam adalah anak dari keluarga Suriah-Palestina yang terpaksa mengungsi dari kamp Yarmouk selama perang saudara di Suriah. Azzam kini tinggal bersama orang tua dan kakak perempuannya di rumah neneknya di Damaskus.

Pada usia dua tahun, Azzam didiagnosis mengidap gangguan spektrum autisme. Ibu Azzam, Essa, mengatakan itu adalah masa yang sulit baginya karena kakak perempuan Azzam juga memiliki diagnosis yang sama.Ketika usianya baru dua tahun, Azzam bisa menghafal al-Quran dengan sempurna. Dengan bantuan spesialis yang merawatnya bersama kakak perempuannya, Azzam kini mampu memecahkan banyak masalah matematika dan belajar banyak bahasa hanya dengan menonton video di YouTube.

Spesialis itu mengatakan Azzam menunjukkan kemampuan luar biasa tetapi membutuhkan dukungan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi serta studi akademisnya.Namun keluarga pengungsi itu hampir tidak bisa memberikan lebih kepada Azzam selain papan tulis kecil, spidol, dan ponsel sederhana untuk menonton video YouTube.Anak-anak seperti Azzam bisa masuk sekolah negeri tetapi hanya untuk sekolah dasar. Mereka yang ingin melanjutkan pendidikan harus mendaftar ke sekolah swasta dan bisa diintegrasikan ke sistem sekolah formal jika gangguan yang mereka idap tidak parah. Namun Essa percaya bahwa sistem sekolah saat ini mungkin tidak bisa mendukung kebutuhan dan aspirasi putranya.

"Saya bermimpi melihatnya membuat saya bangga. Dia akan menghasilkan sesuatu yang penting. Tetapi dia membutuhkan banyak usaha dan perhatian khusus."(VOA)









Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini