|



PBB Bahas Perjanjian untuk Batasi Senjata Peledak di Daerah Berpenduduk

Seorang perempuan lansia memasak makanan di antara puing-puing bangunan di kota Mariupol, Ukraina yang porak-poranda akibat perang (foto:VOA)

Kapuasrayatoday.com - Kota Mariupol di Ukraina adalah salah satu contoh terbaru dari daerah berpenduduk yang berubah menjadi puing-puing akibat ledakan senjata berat tanpa henti. Pengeboman dan penembakan yang terus berlangsung, antara lain di kota-kota di Yaman, Ethiopia, dan Suriah, menghancurkan seluruh komunitas dan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada warga sipil dan infrastruktur sipil.

Data yang dikumpulkan dalam satu dekade ini menunjukkan 123 negara mengalami nasib serupa. Menurut koalisi aktivis non-pemerintah dalam International Network on Explosive Weapons - Jaringan Internasional untuk Senjata Peledak (INEW), puluhan ribu warga sipil tewas dan terluka setiap tahun akibat penggunaan senjata peledak di daerah berpenduduk.Dikatakan, 90 persen korban adalah warga sipil.

Koordinator INEW, Laura Boillot, mengatakan pembatasan harus diterapkan pada penggunaan senjata peledak seperti bom yang dijatuhkan dari pesawat, sistem roket multi-barel, peluncur roket, dan mortir. Ia menambahkan bahwa serangan langsung terhadap warga sipil dan objek sipil dilarang berdasarkan aturan konflik bersenjata dan hukum kemanusiaan internasional. Namun, ia mencatat, penggunaan senjata peledak tidak ilegal.

“Tetapi kita menyaksikan, dan mendapati bahwa sangat sering pihak-pihak yang berperang membunuh dan melukai warga sipil dengan sistem senjata peledak yang ketinggalan zaman, tidak akurat, dan sangat menghancurkan terhadap kota-kota besar dan kecil. Imbas senjata peledak yang luas membuat mereka sangat berisiko ketika digunakan dalam lingkungan perkotaan,” ujarnya.Peneliti krisis dan konflik untuk Human Rights Watch, Richard Weir, berada di ibu kota Ukraina, Kyiv. Ia melihat langsung kengerian yang ditimbulkan senjata peledak di daerah berpenduduk. Ia mengatakan bahwa senjata-senjata itu memiliki dampak jangka panjang dan berbahaya bagi masyarakat.

“Mereka mengotori daerah yang ditarget dengan sisa-sisa senjata mereka dan meninggalkan senjata-senjata yang mematikan yang tidak meledak. Efek senjata-senjata ini sangat menghancurkan. Mereka ada dan akan terus ada. Itulah mengapa negosiasi ini penting. Itu sebabnya negara-negara kini perlu berkomitmen untuk menghindari penggunaannya di daerah berpenduduk,” kata Weir.

Aktivis menyerukan para perunding agar menetapkan standar baru guna mengurangi bahaya senjata peledak bagi warga sipil. Mereka mengatakan perjanjian internasional yang baru itu juga harus memuat komitmen untuk membantu para korban dan keluarga mereka yang tewas dan terluka, dan untuk mengatasi dampak kemanusiaan jangka panjang akibat senjata peledak.(VOA)


Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini