|



Kapolsek Kapuas: Wayang Merupakan Budaya Bangsa Yang Harus Dilestarikan

Foto: Kapolsek Kapuas Iptu Heri Triyana Bersama Masyarakat Menonton Pagelaran Wayang

Sanggau.kapuasrayatoday.com-
Melestarikan dan memajukan Wayang merupakan melestarikan budaya bangsa, Kapolsek Kapuas Iptu Heri Triyana mengajak Masyarakat bersama Anggota Guyub Gawe Guno (G3), Komisioner Panwascam Kapuas Siswanto Syahputra, Kepala Sekretariat Panwascam Kapuas Abang Bordadi, Anggota Koramil Kapuas, Pejabat Utama Polsek Kapuas. Minggu (15/01/2023)

Kapolsek Kapuas Iptu Heri Triyana mengatakan pertunjukan wayang sangat klasik dan menjadi bagian dari tradisi dan budaya berbagai masyarakat dan suku-bangsa di dunia, bukan hanya Indonesia. 

Wayang konon berasal dari kata "bayang" atau "ayang-ayang” (Jawa) yang kurang lebih bermakna bayangan, image, gambar, gambaran, atau imajinasi. Wayang memang sebuah bayangan, gambaran, imajinasi, perlambang, atau simbol atas lika-liku kehidupan nyata umat manusia yang sangat warna-warni. 

Lanjutnya Karakter tokoh-tokoh wayang yang beraneka ragam (keras-lunak, pendendam-pemaaf, pemarah-penyabar, licik-jujur, beringas-sopan, dlsb) merupakan gambaran atau perlambang karakter manusia di dunia nyata.

Karakter wayang yang saya sukai adalah Ontoseno atau Antasena (salah satu putra Bimasena) yang mendapat julukan "Ksatria edan sakti mandraguna" dan "ksatria gila tetapi sakti tanpa tanding”.

Ia adalah sosok yang ceplas-ceplos, ngomongnya ngoko (bahasa Jawa kasar) tidak bisa bahasa Jawa halus (kerama inggil) seperti juga saudara-saudaranya Gatut kaca yang di perankan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono.

Kapolri Jenderal Sulistyo kuga ikut berperan sebagai pemeran wayang bersama Kasad Jenderal Dudung Abdurahman, Kasal Laksamana Muhamamd Ali, Kasal Marsekal TNI Fadjar Prasetyo. Tetapi mereka memiliki pribadi dan jiwa yang kuat, jujur, ksatria, sakti, dan pemberani membela kebenaran dan melawan keangkaramurkaan siapapun pelakunya.

Jenis dan Asal-Usul Wayang di Indonesia ada cukup banyak jenis wayang, baik yang populer maupun bukan. Selain wayang golek, ada wayang kulit, wayang klitik, wayang orang, wayang potehi (yang ini berasal dari Tiongkok), wayang suket (wayang ini dipopulerkan oleh almarhum Ki Slamet Gundono), wayang menak, wayang cupak, wayang gedog/wayang topeng, wayang beber, wayang sadat, wayang wahyu.

Dari sekian banyak jenis wayang tersebut, tiga di antaranya, yaitu wayang kulit, wayang golek, dan wayang klitik mendapat predikat sebagai "Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity”. Predikat ini diberikan oleh UNESCO pada tahun 2003. 

Dengan mendapatkan anugerah atau predikat ini, MURI memberi "mandat” pada Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan TNI AL untuk bersama-sama memelihara, melestarikan, dan bahkan mengembangkan dan memajukan tradisi dan seni wayang ini.(Agung)
Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini