-->
    |

Inggris dan Uni Eropa Mulai Kembali Perundingan Dagang

Kepala Perundingan Komisi Eropa meninggalkan London, Inggris, untuk menuju Brussel hari Sabtu (5/12). (foto: VOA)

Kapuasrayatoday.com
- Tim perunding Inggris tiba di Brussel, Belgia, hari Minggu (6/12), upaya terakhir untuk mencapai perjanjian perdagangan Brexit dengan Uni Eropa dan mencegah terjadinya perpisahan yang kacau di akhir tahun nanti.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen Sabtu lalu (5/12) menginstruksikan tim masing-masing untuk melanjutkan pembicaraan yang telah dijeda selama satu hari karena kebuntuan atas tiga masalah utama.

Dalam pernyataan bersama setelah pembicaraan melalui telepon, Johnson dan von der Leyen mengatakan tidak ada perjanjian yang layak disepakati jika beberapa perbedaan yang signifikan terkait penangkapan ikan, persaingan yang sehat dan cara-cara menyelesaikan perselisihan di masa depan tidak dapat diselesaikan.

“Ini adalah kesempatan terakhir,” ujar seorang sumber Inggris yang mengetahui perundingan itu.

Sejak Inggris secara resmi meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari lalu, tim perunding telah gagal mencapai serangkaian tenggat waktu untuk mencapai kesepakatan dengan blok perdagangan terbesar di dunia itu sebelum masa transisi status quo berakhir pada 31 Desember nanti.

Setibanya di Brussel hari Minggu, kepala tim perunding Inggris David Frost mengatakan kepada wartawan bahwa timnya akan bekerja sangat keras untuk mencapai kesepakatan.

Kepala tim perunding Uni Eropa Michel Barnier diperkirakan akan menyampaikan pengarahan singkat pada para duta besar negara-negara anggota tentang kondisi perundingan saat ini pada hari Minggu, tetapi pertemuan itu ditunda hingga Senin pagi (7/12). Jika mereka gagal mencapai kesepakatan, keluarnya Inggris dari Uni Eropa – atau dikenal sebagai Brexit – akan berakhir dengan kekacauan; sebagaimana Inggris dan mantan mitranya di Uni Eropa bergulat mengatasi dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Para pakar telah memperingatkan bahwa skenario tanpa kesepakatan akan menimbulkan gangguan jangka panjang yang sangat besar pada perekonomian Inggris.  (VOA)


Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini