|



Pemuda Pancasila Sanggau Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-93

foto: Upacara Memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-93 dan HUT Sumpah Pemuda ke-62  MPC Pemuda Pancasila Sanggau

Sanggau,Kapuasrayatoday.com-
MPC Pemuda Pancasila Sanggau memperingati hari sumpah pemuda ke-93 dan ulang tahun pemuda Pancasila ke-62 di markas besar pemuda Pancasila, Jalan Riam kelurahan Bunut, Kamis (28/10/2021)

Turut menghadiri ketua MPW pemuda Pancasila Uti Zulkifli, Lurah Beringin Roy Manik, Anggota DPRD Sanggau Susana Herpena, Yulianto, Perwakilan Ormas POM,Tagana, Perhubungan,Senkom, Beserta Anggota PAC 15 Kecamatan Pemuda Pancasila.

Ketua MPW PP Uti Zulkifli Sebagai Pembina Upacara mengatakan saya juga tadi malam sudah hadir dan hari ini aku yang selalu dapat menjalankan organisasi sesuai dengan aturan atau ketentuan dalam anggaran dasar dan rumah tangga pemuda Pancasila, Tuturnya

Lanjutnya pada tanggal 28 Oktober 1928 sayangnya belum bisa diterima sebagai negara kesatuan, Karena pada saat itu negara Indonesia akan dirubah dan kita melahirkan sejarah kita akan cara hidup.

kalian jangan malu dan takut jalan-jalan memakai seragam Pemuda Pancasila, karena program-program yang ada pada teman-temannya, yang kebetulan saya juga baru terpilih menjadi ketua MPW PP mengganti Bapak Almarhum Haji Firman Muntaco.Ucapnya

Almarhum mendirikan SAPMA, karena satuan siswa pelajar dan mahasiswa nanti akan kita perbaiki lagi bagaimana tata tertib dalam berpakaian dan seperti tentara yang pernah masuk pendidikan di singkawang.

Perlu diketahui, Sumpah Pemuda terbentuk dari hasil pertemuan para pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928 silam.

Melalui pertemuan tersebut, lahirlah ikrar atau Sumpah Pemuda yang berisikan tiga poin.

Ikrar ini merupakan rumusan dari Kongres Pemuda II yang diadakan para pemuda Indonesia.

Berikut isi ikrar atau Sumpah Pemuda:

Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Dari tiga butir isi teks Sumpah Pemuda tersebut, terdapat beberapa makna di dalamnya.

Pada alinea pertama, terdapat kalimat 'bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia'.

Kalimat tersebut bermakna para pemuda dan pemudi Indonesia akan memperjuangkan kemerdekaan hingga titik darah penghabisan.

Lalu di alinea kedua, terdapat kalimat 'mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia'.

Sesuai kalimatnya, makna di alinea kedua isi Sumpah Pemuda itu adalah sebagai pemuda dan pemudi Indonesia yang berasal dari suku, ras dan agama yang berbeda, namun tetap bersatu dalam satu bangsa, yaitu Indonesia.

Kemudian di alinea ketiga, terdapat kalimat 'menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia'.

Atas dasar itu kemudian setiap rakyat menjunjung bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda merupakan peristiwa penting sebagai tonggak yang kelak melahirkannya bangsa Indonesia
Para pemuda dari seluruh penjuru Nusantara kala itu berkumpul untuk bersatu melalui Kongres Pemuda II.

Mereka berikrar satu tujuan bertekad melawan kolonial serta mewujudkan cita-cita untuk bersatu.

Dari Kongres Pemuda II itu dihasilkan rumusan Sumpah Pemuda.

Namun, perlu diketahui sebelumnya, istilah Sumpah Pemuda tidak disebut saat Kongres Pemuda II itu berlangsung.
Dikutip dari Bobo, di sekitar tahun 1915, para pemuda Indonesia mulai bangkit, meski pada saat itu masih dalam kelompok-kelompok suku.

Salah satu pemuda yang memulai ini adalah Satiman Wirjosandjojo, yang menjadi penggerak organisasi Tri Koro Dharmo.

Organisasi Pemuda Tri Koro Dharmo

Berdasar buku Indonesia dalam Arus Sejarah, organisasi Tri Koro Dharmo berdiri pada 7 Maret 1915.
Dalam bahasa Indonesia, Tri Koro Dharmo artinya Tiga Tujuan Mulia.

Tiga tujuan mulia yang dimaksud adalah sakti, bukti, dan bakti.

Mereka menginginkan perubahan cara pandang pemuda dengan kondisi yang ada di Indonesia.

Anggotanya adalah para pelajar dari perguruan dan sekolah-sekolah di pulau Jawa dan Madura.Kemudian anggotanya bertambah lebih luas, yaitu ditambah pelajar dari pulau Bali dan Lombok.

Tiga tujuan mulia yang dimaksud adalah sakti, bukti, dan bakti.

Mereka menginginkan perubahan cara pandang pemuda dengan kondisi yang ada di Indonesia.

Anggotanya adalah para pelajar dari perguruan dan sekolah-sekolah di pulau Jawa dan Madura.

Kemudian anggotanya bertambah lebih luas, yaitu ditambah pelajar dari pulau Bali dan Lombok.

Setelah itu, perkumpulan ini namanya berganti menjadi Jong Java.

Lalu, ada berbagai pertemuan organisasi atau kongres yang diadakan untuk menyebarkan pentingnya peran pemuda di Indonesia.

Organisasi ini berusaha memberantas buta huruf agar pemuda Indonesia bisa bebas melihat dunia dengan membaca.

Sebelumya, terdapat organisasi Perhimpunan Indonesia, yang beranggotakan pelajar Indonesia di Belanda.

Di tahun 1913, beberapa tokoh seperti Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat, masuk ke dalam organisasi Perhimpunan Indonesia.

Kemudian dari sana, perhimpunan ini juga mulai berperan aktif untuk kemerdekaan Indonesia.

Sultan Sjahrir dan Mohammad Hatta juga merupakan tokoh yang menjadi anggota Perhimpunan Indonesia.

Tiga tujuan mulia yang dimaksud adalah sakti, bukti, dan bakti.

Mereka menginginkan perubahan cara pandang pemuda dengan kondisi yang ada di Indonesia.

Anggotanya adalah para pelajar dari perguruan dan sekolah-sekolah di pulau Jawa dan Madura.

Kemudian anggotanya bertambah lebih luas, yaitu ditambah pelajar dari pulau Bali dan Lombok.

Setelah itu, perkumpulan ini namanya berganti menjadi Jong Java.

Lalu, ada berbagai pertemuan organisasi atau kongres yang diadakan untuk menyebarkan pentingnya peran pemuda di Indonesia.

Organisasi ini berusaha memberantas buta huruf agar pemuda Indonesia bisa bebas melihat dunia dengan membaca.

Sebelumya, terdapat organisasi Perhimpunan Indonesia, yang beranggotakan pelajar Indonesia di Belanda.

Di tahun 1913, beberapa tokoh seperti Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat, masuk ke dalam organisasi Perhimpunan Indonesia.

Kemudian dari sana, perhimpunan ini juga mulai berperan aktif untuk kemerdekaan Indonesia.

Sultan Sjahrir dan Mohammad Hatta juga merupakan tokoh yang menjadi anggota Perhimpunan Indonesia.

Persatuan Pemuda Tanah Air

Setelah Perhimpunan Indonesia pulang ke tanah air, para pemuda memiliki tujuan untuk mengurangi perpecahan di Indonesia.

Perpecahan pada masa itu diakibatkan oleh banyaknya perbedaan aneka suku bangsa dan agama yang ada di Indonesia.

Kemudian, organisasi pemuda di Indonesia mulai tumbuh.

Di antaranya ada Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, dan Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia.

Para pemuda pun ingin bersatu demi Indonesia merdeka, karenanya mereka pun ingin berkumpul dalam sebuah musyawarah besar.

Akhirnya, Kongres Pemuda I diadakan pada 30 April-2 Mei 1926.

Saat itu, para pemuda masih terbawa oleh kesukuannya masing-masing.

Mereka kemudian sadar kalau mereka mengedepankan kepentingannya sendiri-sendiri, akan mempersulit persatuan Indonesia untuk melawan penjajah.

Kongres Pemuda II pun diadakan pada 27-28 Oktober 1928.

Para pemuda mulai bersatu dengan perasaan bangga sebagai anak bangsa Indonesia.

Saat itu, kepanitian kongres ini juga berasal dari berbagai perkumpulan.

Pemuda dari berbagai organisasi daerah berkumpul di Batavia membuat kesepakatan bersama untuk bersatu, inilah yang kita kenal dengan nama Sumpah Pemuda.

Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini