|



Warga Non-Ukraina Klaim Terima Perlakuan Tak Menyenangkan di Perbatasan Rumania


Seorang siswa yang melarikan diri dari Ukraina menuju Rumania tampak menunggu kendaraan yang akan membawanya di Siret, Rumania, wilayah perbatasan Ukraina dan Rumania, pada 27 Februari 2022. (Foto:VOA)

Kapuasrayatoday.com - Banyak orang melarikan diri dari perang di Ukraina ke kota-kota di perbatasan Eropa, termasuk mereka diantaranya adalah warga negara Afrika, Asia dan Timur Tengah yang selama ini tinggal di Ukraina.

Sejumlah kereta api dan bis membawa orang-orang yang mengungsi ke arah Barat menuju negara-negara seperti Polandia, Rumania, Hongaria dan negara-negara Uni Eropa lainnya. Sebagian besar adalah pelajar asing, pekerja dan warga lainnya yang menganggap Ukraina sebagai rumah mereka sebelum Rusia melancarkan invasi pada 26 Februari lalu.Namun sebagian diantara mereka mengatakan telah dinomorduakan, didiskriminasi dan bahkan mengalami penganiayaan di pintu-pintu perbatasan ketika berusaha lari menyelamatkan diri.

Di sebuah pusat pengungsian di Bukares, ibu kota Rumania, sejumlah warga India mengatakan kepada Associated Press bahwa penjaga perbatasan Ukraina memprioritaskan warga Ukraina terlebih dahulu untuk keluar dari negara itu, dan bahkan berupaya – secara fisik – mendorong warga non-Ukraina untuk bertahan di negara itu.Vishwajeet Kumar, mahasiswa kedokteran berusia 24 tahun, mengatakan ia mendengar letusan senjata dan melihat orang-orang jatuh pingsan karena harus menunggu selama 20 jam di perbatasan Ukraina-Rumania. “Tidak ada yang mengatur di sana. Suasananya begitu ramai. Ada lebih dari tiga hingga lima ribu orang disana,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Kevin Francis, mahasiswa Ternopil National Medical University di Ukraina yang berusia 19 tahun.

“Kami menunggu begitu lama, ada warga Afrika dan India, tetapi mereka hanya mengijinkan warga Ukraina masuk (melintasi perbatasan.red). Hal ini menciptakan semacam agitasi di antara kami karena kami tidak diperkenankan masuk dan menunggu selama satu hari. Kami jadi berpikir 'mengapa mereka lebih diprioritaskan dibanding kami?' Jadi kami sedikit gelisah dan mulai saling mendorong. Walhasil terjadi kekacauan di sana,” ujar Francis.Namun Abhijit Singh Negi, 20, mahasiswa kedokteran di Bukovinian State Medical University di Ukraina mengatakan ia memahami kekacauan yang terjadi di pintu-pintu perbatasan karena semua orang terburu-buru ingin menyebrang ke wilayah yang lebih aman.

Badan PBB Urusan Pengungsi UNHCR, pada Selasa (1/3), mengatakan sekitar 660.000 pengungsi telah melarikan diri dari Ukraina ke negara-negara tetangga. Diperkirakan lebih dari empat juta warga akan meninggalkan Ukraina jika perang semakin memburuk.(VOA)

Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini