|



Krisruh DI UPR, Ketum FIDN Sebut Itu Persoalan Internal Jangan Di Umbar Lewat Medsos

Ketum FIDN Dr.Yovinus M.Si

 Jakarta,Kapuasrayatoday.com - 

Terkait dengan dinamika yang terjadi pada Institusi Universitas Palangka Raya (UPR) sebagai salah satu 

perguruan tinggi negeri terbesar di Kalimantan Tengah, bagi kami adalah suatu hal yang lumrah sebagai bentuk kebebasan menyampaikan pendapat dan opini secara demokratis. Berbagai persepsi, perbedaan pendapat dan sudut pandang 

serta kepentingan adalah wajar selama dapat dilakukan secara bermartabat dan 

menjunjung tinggi asas – asas Intelektualitas yang mengedepankan logika, 

integritas keilmuan serta objektivitas dalam berfikir dan berpendapat tanpa bersikap tendensius atau mendeskriditkan pihak lain kata Dr. Yovinus, M.Si.

Ketua Umum FIDN yang juga

Dosen Magister Ilmu Pemerintahan dan

Ketua Pusat Studi Ilmu Pemerintahan melalui siaran Persnya yang diterima redaksi Kapuasrayatoday.com kamis (22/6) siang.

Dr.Yovinus M.Si mengatakan,terkait dengan dinamika yang terjadi pada Institusi UPR sebaiknya kedua belah pihak bersikap saling menghargai satu sama lain. Sebab kedua tokoh merupakan orang yang dihormati secara luas karena peran dan jasanya bagi perkembangan pembangunan keilmuan dan sumberdaya manusia di Pulau Kalimantan.

"Kami menghormati apapun yang menjadi persoalan di dalam institusi UPR dan tidak bermaksud untuk ikut campur ataupun melakukan intervensi namun yang menjadi persoalan bagi kami adalah ketika Dr. Andrie Elia, S.E.M.Si.tokoh yang kami hormati dan menjadi panutan bagi seluruh Intekektual Dayak kemudian terkesan dipojokan dan dipersalahkan secara tendensius. 

Perlu diketahui bahwa saudara Dr. Andrie Elia Embang 

adalah Ketua DPD FIDN Provinsi Kalimantan Tengah, dimana kami selaku kolega didalam perkumpulan ini memiliki ikatan emosional dan kebersamaan sebagai 

perkumpulan Intelektual Dayak tingkat nasional telah memiliki komitmen untuk 

besama-sama membangun SDM manusia Dayak agar dapat sejajar dengan 

komunitas-komunitas lain di NKRI ini ungkap Dr.Yovinus.

Sebagai sesama akademisi, kita seharusnya bisa menyelesaikan setiap persoalan dengan menjunjung tinggi integritas keilmuan, dimana logika dan ilmu harus bersatu dengan kebijaksanaan serta mengedepankan prinsip-prinsip musyawarah mufakat sesuai dengan prinsip – prinsip “Huma Betang“ yang menjadi filosofi 

luhur Bangsa Dayak di Seluruh Pulau Kalimantan dan dunia. 

Namun jika melihat manuver – manuver yang beredar di media sosial,  kami menduga ada indikasi untuk menghancurkan karakter saudara Dr. Andrie Elia. Dan bagi kami itu tidak dapat diterima. Menurut kami politik 

kampus adalah politik Ilmu Pengetahuan dan bukan politik kekuasaan. Namun melihat apa yang terjadi terhadap saudara Dr. Andrie Elia, kami menduga

bahwa persoalan ini memiliki tendensi untuk menjatuhkan reputasi yang bersangkutan

di depan umum atas nama peraturan dan perundang – undangan secara tidak 

bermartabat dan melanggar prinsip – prinsip musyawarah mufakat.

Sedang pokok persoalan seharusnya dapat diselesaikan secara 

internal. Selain itu kami juga menyimpulkan bahwa mengorbankan saudara Dr. Andrie Elia untuk kepentingan tertentu adalah salah kaprah, mengingat yang bersangkutan sudah menyampaikan bahwa dirinya tidak lagi mencalonkan diri sebagai Rektor UPR. Sehingga tudingan – tudingan yang saudara sampaikan kepada yang bersangkutan terindikasi fitnah dan bermuatan politis.

Jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam menafsirkan atau dalam implementasinya, tentu hal yang wajar sebagai manusia 

biasa, seperti halnya yang telah saudara lakukan secara subjektif dengan 

menafsirkan peraturan – peraturan menurut sudut pandang dan tafsiran saudara 

sendiri. Berdasarkan konfirmasi yang kami peroleh dari saudara Dr. Andrie Elia, kami memahami posisi beliau selaku seorang pimpinan/Rektor yang berupaya untuk mengangkat institusi yang dipimpinnya agar menjadi maju dan sejajar dengan Perguruan Tinggi lain di Indonesia. Oleh karena itu, beliau tidak ingin adanya stagnasi atau lambatnya perkembangan institusi yang beliau pimpin. Yang bersangkutan secara pribadi juga menyatakan tidak lagi mencalonkan diri sebagai Rektor UPR sehingga berbagai serangan yang ditujukan kepada beliau oleh 

saudara adalah salah kaprah dan tidak dapat kami terima.

Sebagai Ketua Umum Forum Intelektual Dayak Nasional (FIDN), kami meminta 

kepada saudara Ricky Zulfauzan untuk dapat lebih bijak dalam beropini dan 

menarik kembali pernyataan – pernyataan yang secara eksplisit maupun implisit telah menjatuhkan martabat Tokoh Dayak yang kami hormati serta meminta maaf 

secara terbuka kepada masyarakat luas. Kita tentu menginginkan suasana yang 

harmonis, dan jauh dari nuansa prasangka dan pertikaian sebagai sesama anak Borneo yang hidup dalam prinsip – prinsip kearifan lokal dan kaum beradat. 

Kutipan yang saudara ambil dari Mahatma Gandhi, seolah – olah mencitrakan 

adanya tindakan keserakahan atau sejenisnya yang telah dilakukan oleh Sdr. Dr. Andrie Elia yang sangat menyinggung perasaan kami yang mengenal beliau 

sebagai sosok Orang Tua dan Tokoh yang kami jadikan sebagai panutan. Setiap 

persoalan yang terjadi dalam setiap suksesi di lembaga apapun itu sebetulnya 

wajar dan diberi ruang yang seluas-luasnya di alam demokrasi ini. Apalagi kita 

sebagai akademisi yang mengemban tugas sebagai kelompok Intelektual yang 

memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, adalah naïf

untuk mempertontonkan ambisi dan kepentingan dengan menghalalkan segala 

cara, yang tentu akan dibaca/diakses oleh masyarakat luas dan mahasiswa karena sudah di publikasikan di media massa kata Yovinus

Sumber siaran Pers FIDN

Editor     sudarno


Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini