-->
    |



Pipa Nord Stream 1 Kembali Alirkan Gas dari Rusia ke Eropa

Fasilitas pipa gas di dekat Eiterfeld, Jerman tengah, 14 Juli 2022, setelah pipa Nord Stream 1 yang memasok gas dari Rusia ditutup karena pemeliharaan. (Foto: VOA)

Kapuasrayatoday.com - Gas alam mulai kembali mengalir melalui pipa utama dari Rusia ke Eropa setelah penghentian 10 hari untuk pemeriksaan dan perawatan, kata operator. Namun, aliran gas itu diperkirakan tidak mencapai kapasitas penuh pada hari Kamis (21/7) dan prospeknya tidak pasti.

Pipa Nord Stream 1, yang membentang di bawah Laut Baltik dari Rusia ke Jerman, telah ditutup sejak 11 Juli untuk pemeliharaan rutin tahunan. Di tengah meningkatnya ketegangan atas perang Rusia di Ukraina, para pejabat Jerman khawatir bahwa pipa itu mungkin tidak akan dibuka kembali sama sekali. Nord Stream 1, yang merupakan sumber utama gas negara itu, menyumbang sekitar sepertiga dari pasokan gas Jerman.

Operator pipa itu, Nord Stream AG, mengatakan bahwa gas mulai mengalir lagi Kamis pagi, dan data jaringannya menunjukkan gas mulai tiba tidak lama setelah akhir proses perawatan yang dijadwalkan pada pukul 6 pagi.Pengiriman diperkirakan akan turun jauh di bawah kapasitas penuh pipa. Kepala badan pengawas jaringan gas Jerman, Klaus Mueller, mengatakan di Twitter bahwa Gazprom Rusia telah memberitahu bahwa pengiriman Kamis hanya sekitar 30% dari kapasitas pipa.

Pada pertengahan Juni, Gazprom memotong aliran hingga 40% dari kapasitasnya. Perusahaan milik negara itu mengatakan, penyebabnya adalah masalah teknis yang terkait dengan peralatan yang dikirim mitranya di Jerman, Siemens Energy, ke Kanada untuk perbaikan. Karena sanksi yang dijatuhkan atas invasi Rusia ke Ukraina, peralatan itu tidak bisa dikirim pulang.Pemerintah Kanada awal bulan ini akhirnya memberi izin untuk mengirim peralatan itu ke Jerman. Peralatan yang dimaksud termasuk turbin yang menggerakkan stasiun kompresor di ujung pipa Rusia.

Pemerintah Jerman telah menolak penjelasan teknis Gazprom terkait pengurangan pengiriman gas, dan berulang kali menuduh bahwa itu hanya dalih untuk keputusan politik yang ditujukan untuk menabur ketidakpastian dan mendorong harga energi.(VOA)

Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini