|



Ribuan Demonstran Protes Hasil Pemilu Lokal di Georgia


Para pendukung dari Partai Impian (Dream Party) di Georgia turun ke jalan menjelang pemilu di kota Tbilisi, Georgia, pada 27 Oktober 2021. (Foto:VOA)

Kapuasrayatoday.com - Ribuan pendukung kelompok oposisi pada Minggu (31/10) memenuhi jalan-jalan di luar gedung parlemen nasional Georgia untuk memprotes hasil pemilihan kota yang membuat partai berkuasa nyaris menyapu bersih seluruh kursi.

Kandidat-kandidat Partai Impian Georgia memenangkan 19 dari 20 pemilihan kota dalam pemilu putaran kedua pada Sabtu (30/10), termasuk kantor wali kota di lima kota terbesar di negara itu, yaitu Tbilisi, Kutaisi, Rustavi, Batumi dan Poti

pok oposisi menuduh bahwa telah terjadi kecurangan dalam pemilu tersebut.

Namun, Organisasi Bagi Kerjasama dan Keamanan di Eropa (OSCE) yang memantau jalannya pemilu di Georgia mengatakan “secara keseluruhan pemungutan dan penghitungan suara dinilai positif, meskipun ada beberapa masalah prosedural, terutama selama proses penghitungan.”

Nika Melia, pemimpin partai oposisi utama Gerakan Nasional Bersatu, yang juga merupakan kandidat wali kota di Tbilisi, mengklaim bahwa “kemenangan kelompok oposisi di banyak kota telah direnggut, seakan-akan mereka tidak menang.”

Melia mengatakan kepada para demonstran yang menutup jalan utama ibu kota, bahwa pemimpin oposisi akan dikirim ke kota-kota lain untuk mengumpulkan para pendukung mereka agar datang ke Tbilisi untuk menghadiri rapat umum skala besar pada 7 November mendatang.

Pemilu putaran kedua pada Sabtu dilangsungkan setelah tidak ada kandidat yang memenangkan mayoritas mutlak pada pemilu putaran pertama 2 Oktober lalu. Pemilu itu dibayangi oleh penangkapan mantan presiden Georgia, Mikheil Saakashvili, yang juga pendiri Partai Gerakan Nasional Bersatu, pada 1 Oktober lalu.

Saakashvili meninggalkan Georgia pada tahun 2013 dan dinyatakan bersalah secara in absentia atas penyalahgunaan kekuasaan. Ia dijatuhi hukuman enam tahun penjara.

Saakashvili kembali ke Georgia dari kediamannya di Ukraina, dengan harapan dapat meningkatkan suara oposisi di putaran pertama pemungutan suara. Namun ia ditangkap sehari sebelum pemilu dilangsungkan dan langsung dipenjara. Tak lama setelah penangkapan itu, ia melakukan mogok makan.(VOA)




Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini