Seorang petugas bank di China menghitung mata uang dolar AS (foto: VOA) |
Kementerian itu mengatakan inisiatif itu akan “melaksanakan program percontohan RMB [Renminbi.red] digital itu di kawasan Beijing-Tianjin-Hebei, Delta Sungai Yangtze, Guangdong-Hong Kong-Makau dan wilayah percontohan di bagian tengah dan barat, di mana kondisi memungkinkan.”
China, sebagaimana banyak negara lain di dunia, utamanya bergantung pada sistem pembayaran dengan dolar Amerika dalam perjanjian-perjanjian internasional, yang menjadikan negara itu rentan terdampak potensi sanksi Amerika. Pemerintah China telah mengkaji dan mengembangkan mata uang digital sejak tahun 2014, sebagian merupakan cara untuk tidak lagi menggunakan mata uang dolar Amerika dan 'menghindari' sistem keuangan internasional yang tunduk pada hukum Amerika.
Risiko bank di China yang telah dikenai sanksi oleh Amerika menjadi semakin nyata setelah pemerintah Trump memberlakukan sanksi terhadap 11 pejabat China dan Hong Kong karena berperan dalam menekan kebebasan di Hong Kong. Perekonomian China “di masa mendatang akan bergantung pada transaksi dolar Amerika,” ujar Senator Pat Toomey dari Partai Republik, yang ikut mensponsori undang-undang untuk memberikan sanksi terhadap pejabat China karena melanggar kemerdekaan Hong Kong, Mei lalu.
Pejabat dan ekonom China beberapa bulan terakhir ini telah berbicara lantang tentang kemungkinan pemerintah Trump melakukan apa yang disebut “opsi nuklir” dan mengeluarkan China dari sistem pembayaran yang menggunakan mata uang dolar.
Dalam pernyataan hari Jumat, Kementerian Perdagangan China mengatakan upaya pemerintah ditujukan untuk “beradaptasi dengan perubahan rumit dan mendasar di dalam dan luar negeri,” dan “mematuhi hal-hal yang paling utama dan mencegah serta mengendalikan risiko.” (VOA)