|

Limbah Kulit Ikan Semakin Populer Sebagai Kulit Pengganti

Produk-produk yang dibuat dari kulit ikan trout. (Foto:VOA)

Kapuasrayatoday.com - Bahan kulit berwarna-warni yang diproduksi oleh pengusaha Alexksandr Vasenev berasal dari kulit ikan yang disamak. Vasenev telah memproduksi dan menjual kulit ikan selama tiga tahun. Bahan mentahnya adalah limbah dari industri pengolahan ikan.

Setelah dicat dengan warna beraneka, kulit itu diubah menjadi tas, dompet, sabuk, baju dan bahkan sepatu.

Menurut Vasenev, struktur kulit ikan membuatnya sebagai produk yang unik. Memanfaatkannya menjadi aneka produk itu telah membantu mengurangi limbah.

Disebutkan bahwa limbah yang dibuang ke laut itu mengurangi oksigen di dasar laut dan dapat menyebabkan penyakit-penyakit baru dan spesies yang invasif. Di seluruh dunia, sejumlah besar kulit ikan dibuang begitu saja.Vasenev mengatakan, "Kulit ikan, struktur sisiknya, seperti sidik jari, masing-masing berbeda. Jadi, di satu sisi kami menghilangkan limbah atau kotoran di planet, dan membuat industri pengolahan ikan mengubah limbah menjadi pendapatan, terlepas betapapun kecilnya. Selain itu, kami membuat produk yang masing-masing unik.”

Vasenev adalah pendiri perusahaan Rybiy Mekh, bahasa Rusia yang berarti kulit ikan. Ia berlatar belakang pendidikan kimia, tetapi bekerja di bidang lain. Pada tahun 2015, ia didekati mahasiswa yang memiliki gagasan rintisan untuk membuat produk dari kulit ikan.

Setelah melihat struktur kulitnya, ia jatuh cinta pada bahan ini. Ia menginvestasikan sekitar tiga juta rubel untuk bisnis ini. Teknologi pengolahan awalnya tidak sempurna, mereka melakukannya secara manual.Bisnis ini kemudian berkembang dan perusahaannya menciptakan teknologinya sendiri dan kini memiliki 144 proses produksi untuk kulit ikan. Sisik ikan dapat dibuang tanpa proses manual. Dengan cairan khusus, sisik dapat lepas tanpa merusak struktur selnya yang unik.

Kulit itu direndam dalam cairan kimia khusus, dibersihkan, disamak dengan bantuan bahan-bahan penyamak alami, dan kemudian dilembutkan.

Beberapa pekerjaan, seperti pembersihan awal, dilakukan secara manual begitu limbah ikan tiba dari pabrik pengolahan ikan.

Ivan Vasenev, putra pendiri sekaligus direktur teknologi perusahaan itu menjelaskan, "Ketika sekelompok limbah ikan datang, kondisinya tidak sempurna. Kerap kali masih ada daging yang tidak kami perlukan dalam proses yang menempel di kulitnya. Jadi kita harus menyingkirkannya.”

Setelah kulit ikan melewati semua proses teknis utama, termasuk penyamakan, kulit dicelup dan dipernis dengan tangan.

Vasenev bangga terutama oleh kulit ikan yang putih, yang sepengetahuannya, tidak diproduksi di tempat lain manapun. Ia menjelaskan bahwa sulit sekali untuk memutihkan kulit ikan.Lyudmila Raskhodchikova adalah pemilik dan pembuat barang-barang di toko Trade House Fishskin. Menurut Raskhodchikova, banyak orang yang keliru mengira bahwa kulit ikan lunak, tipis dan baunya tak sedap.

Ia mengatakan, "Kulit ikan sangat berbeda dari kulit-kulit lainnya seperti kulit sapi, atau kulit eksotik seperti kulit buaya atau ular. Strukturnya berbeda, lebih berserat dan karena itu lebih elastis dan dapat dibentuk dengan baik.”

Elastisitas semacam itu baik terutama untuk membuat alas kaki, kata Raskhodchikova. Perusahaannya juga menggunakan kulit ikan untuk membuat tas, dompet, baju, dekorasi interior dan mebel

Hasilnya dipasarkan dengan baik di luar negeri, terutama di AS, serta di Prancis, Italia, Australia, Jerman, Turki. Penjualannya berlipat dua setiap tahun, kata Raskhodchikova.

Harga kulit ikan sendiri berkisar antara harga kulit ternak dan hewan eksotik. Ikan yang digunakan terutama adalah salmon, trout dan chum salmon.

Meskipun warga pribumi telah menyamak kulit ikan sejak zaman purba, konsumen modern baru mulai mengenali produk ini, dan produsen seperti Vasenev berharap tren ini terus berkembang.(VOA)








Bagikan:
Komentar Anda

Berita Terkini